Jatuh Hati pada eSIM Telkomsel
Awal tahun 2023 adalah titik dimana terjadi transformasi besar-besaran di Perusahaan tempat saya bekerja secara rutin, pukul 07.30 – 16.00 WIB dan dari hari Senin hingga hari Jum’at. Transformasi ini menjadikan ruang lingkup area bekerja kami 4 kali lipat lebih luas, lebih jauh, dan lebih terpencil. Hhe. Sounds funny, but that’s the fact. Transformasi itulah pula yang mengakibatkan saya harus pergi dinas selama beberapa hari ke kantor cabang yang berada nun jauh di Sumatera Utara. Tepatnya di Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah, pada awal September 2024 yang lalu. Wuhuuu.
Seperti biasa, saya sudah langsung menyusun itinerary selama di sana. Makanan khas, tempat wisata, oleh-oleh, transportasi, penginapan, dan lain-lain. Saya yakin benar dengan pilihan saya untuk mendarat di Bandara Dr. Ferdinand Lumban Tobing yang berjarak sekitar 20 menit dari kantor cabang. Hingga akhirnya seorang kawan dari kantor cabang menghubungi saya, “Ibu, nanti mendarat di Silangit saja, setelah itu perjalanan darat selama 3 jam ke kantor. Kalau lewat Bandara Dr. Ferdinand Lumban Tobing hanya ada pesawat ATR, Bu. Sekali penerbangan pula dalam sehari. Tidak kami rekomendasikan.” Oh wow. Di Sumatera Utara, 3 jam perjalanan darat tentu berbeda dengan di Jawa Timur. Saya harus menyiapkan amunisi lebih lengkap.
Dudulnya, H-2 keberangkatan, saya baru sadar bahwa sudah 2 minggu ini sinyal ponsel saya error. Benar-benar error sampai saya harus ratusan kali mematikan-menghidupkan mode airplane atau mode cellular untuk memancing si ponsel menangkap sinyal. Rawrrr.
“Kalau beli eSIM itu bisa langsung dipakai ndak ?” tanya saya kepada Pak Suami
“Mm, ndak tau ya. Mungkin perlu waktu,” jawabnya ragu
“Walaaah. Ndak mungkin beli lak-an. Senin subuh dah harus ke bandara lho.”
“Ya cari tau aja dulu, kali sekarang udah makin canggih ndak harus nunggu berhari-hari.”
“Baiklah. Mm, karena ini aku ke daerah terpencil, mau coba beli yang beda operator aja-lah. Beli Telkomsel yak. Ini di web tulisannya Telkomsel telah memasang lebih dari 233.000 unit Base Transceiver Station (BTS) di seluruh penjuru negeri, menjadikan 95% populasi negeri sudah terjangkau layanan 4G Telkomsel. Wedeww. Banyak yak.”
“Wohh. Banyak juga. Yaudah coba beli.”
“Eh eSIM itu maksudnya elektronik SIM kan ya ?”
“Bukan. eSIM itu embedded SIM. Jadi SIM-nya langsung tertanam di ponsel kita. Ndak semua ponsel sudah dilengkapi dengan teknologi itu. Jadi kalau SIM biasa, harus ada fisiknya kan untuk dimasukkin ke slot SIM. Kalau eSIM cukup dengan scan QR atau masukin kode tertentu, nomornya sudah bisa dipakai. Kebetulan iphone kita sudah ada noh teknologi itu. Jadi kamu bisa pakai 2 nomor di waktu yang sama. 1 dari SIM Card fisik yang sekarang kamu pakai, plus eSIM yang akan kamu beli. Gasss.”
“Siap, laksanakan,” jawabku cepat sembari mengangkat tangan, tanda hormat. Hhi.
eSIM Telkomsel memiliki 4 produk, yaitu eSIM Prabayar, eSIM Halo, eSIM RoaMAX, dan eSIM Tourist. Sebagai pecinta prabayar, tentu saya memilih eSIM Prabayar. Berikut adalah langkah-langkah pembelian eSIM yang saya lakukan :
Tidak sampai 15 menit, eSIM Telkomsel siap saya gunakan. Uhwooow !
Secara garis besar, saya hanya perlu melakukan 3 langkah : pilih produk, bayar, aktivasi dan registrasi. Buat saya yang mager dan kepepet waktu, ini tentu sangat mudah dilakukan. Selain itu yang sangat amat penting adalah MURAH ! Untuk Paket Lite 40GB, saya hanya mengeluarkan biaya RP 85.000. Dengan rincian Rp 10.000 sebagai biaya pembelian eSIM dan Rp 75.000 sebagai biaya pembelian paket 40GB. Gila sihhh ! Jiwa cuan saya menggelinjang-gelinjang gembira. Aaak. Sungguh tidak menyangka beli eSIM Telkomsel akan sebegini Mudah, Murah, dan Cepaaat !
Bagaimana dengan Kualitas Sinyal ?
2 hari di Surabaya, sinyal bertengger di 4 bar penuh. Yaiya, di ibukota Provinsi pan. Tidak heran dan tidak mustahil adanya.
7 hari di Sumatera Utara, sinyal tetap baguuus.
Saat perjalanan dari Bandara Silangit menuju Kecamatan Pandan, rekan-rekan mulai mengeluhkan sinyal byarpet-nya. Saya tetap santuy scrolling IG dan WhatsApp-an sepanjang perjalanan. Ya meski harus menahan mual karena melewati sejuta kelokan yang tidak berhenti selama 2 jam awal perjalanan. Percayalah, kelokannya dasyat. Hahaha.
Yang paling berkesan adalah ketika di hari ke-4 kami di sana, saya harus mengikuti Meeting Online via Zoom dari kamar hotel, bukan lagi di kantor cabang. Sebagai informasi, kami bermalam di hotel paling bagus di Kecamatan Pandan. Hotel Pia Pandan. Terletak tepat di pinggir pantai, bangunannya nampak gagah dari kejauhan. Namun siapa sangka hotel ini ternyata adalah hotel tua dengan banyak ornamen kayu solid berwarna coklat tua serta patung-patung di bagian dalam maupun luar hotel.
Dan seperti dugaan kami, wifi hotel tidak cukup stabil. Tentu ini membuat saya waswas. Tidak yakin suara saya akan jelas, mulus, halus, tanpa putus-putus. Sudah pasrah kalau harus open mic tanpa menggunakan video. Etapi, tadaaa. Suara aman, video aman. Berbekal tethering laptop ke ponsel saya. Bahkan saya dengan sombong berkata kepada rekan sekamar saya, “Mau tethering dari ponselku ?” Hahaha.
Yeaaay ! Sekarang tak lagi was-was karena sinyal jelek, error dan ilang-ilangan. Luvv sekebon. 💛
Bagaimana dengan kamu ? Sudah pake eSIM Telkomsel belummm ?